Saturday, August 20, 2011

Second step-Maghfirah Ramadhan


Awal Ramadhan adalah Rahmat, pertengahannya adalah Ampunan, dan akhirnya adalah Pembebasan dari Api Neraka..
sesungguhnya Allah menjadikan Ramadhan di celah - celah bulan yang lain antaranya adalah sebagai ruangan khusus kepada hambaNya menjalani dan mengikuti pantang larang yang sangat berguna..

manusia yang menjalani kehidupan selama 11 bulan tak ubah seperti seorang pesakit dengan menanggung penyakit yang tersendiri..
Allah Maha Pengasih dan Penyayang begitu menginginkan hambaNya kembali sihat dalam menikmati kenikmatan yang tersedia..
justeru, sebulan Ramadhan manusia diwajibkan menjalani rawatan tahunan di Hospital Ramadhan..
seterusnya, Syawal yang kian menyinsing menyaksikan betapa sekalian hamba yang putih bersih lagi 'afiat membesarkan Allah dan sentiasa bersyukur atas terapi dan perubatan nafsu yang diberikan.

namun begitu..
alangkah malang sekali jika ada lagi jumlah yang penyakitnya tidak berkurangan atau terus menanggung derita kesakitan batin dan amalan meskipun ubatan yang terbaik disediakan sepanjang Ramadhan..
persekitaran yang cukup terasa dan rapi inilahyang perlu kita ambil sebagai peluang keemasan yang perlu disedari oleh semua..

Rasulullah s.a.w bersabda yang maksudnya : "semua amalan anak Adam digandakan kebaikannya sepuluh kali ganda serupa dengannya hingga tujuh ratus kali ganda, Allah Azza Wajalla berkata : "melainkan puasa, kerana ia untuk - Ku dan Aku sendiri yang membalasnya, mereka meninggalkan syahwat dan makanannya kerana - Ku.. bagi orang yang berpuasa akan mendapat dua kegembiraan iaitu.. kegembiraan semasa berbuka dan kegembiraan semasa menemui Tuhannya, dan bau busuk (dari mulut orang yang berpuasa) kerana berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada bau Musk.."
(Riwayat Bukhari dan Muslim)

alhamdulillah, kini, kita kian menjengah ke saat di mana Al - Quran, sumber hidayah kita, diturunkan..
masih ingat lagikah antum bagaimana Al - Quran diturunkan..?
ALLAH -> LUH MAHFUZ -> BAITUL 'IZZAH -> MUHAMMAD

"dan Al - Quran itu Kami bahagi - bahagikan supaya Engkau membacakannya kepada manusia Dengan lambat tenang.. dan Kami menurunkannya beransur-ansur.."
(surah al - Isra' : 106)

peristiwa Nuzul al - Quran menjadi satu rakaman sejarah dalam kehidupan Nabi SAW hingga seterusnya berperingkat - peringkat menjadi lengkap sebagaimana kitab al - Quran yang ada pada kita hari ini..
peristiwa Nuzul al - Quran berlaku pada malam Jumaat, 17 Ramadan, tahun ke - 41 daripada tahun keputeraan Nabi Muhamad SAW..
perkataan 'Nuzul' bererti : turun atau berpindah dari atas ke bawah..
bila disebut bahawa al - Quran adalah mukjizat terbesar Nabi SAW maka ianya memberi makna terlalu besar kepada umat Islam terutamanya yang serius memikirkan rahsia al - Quran..
'Al - Quran' bererti : bacaan atau himpunan..
di dalamnya terhimpun ayat yang menjelaskan pelbagai perkara meliputi soal tauhid, ibadat, jinayat, muamalat, sains, teknologi dan sebagainya..
sedar atau tidak, kalimah al - Quran sering disebut - sebut dengan rangkai kata 'al - Quran mukjizat akhir zaman' atau 'al - Quran yang mempunyai mukjizat'..
malah inilah sebenarnya kelebihan al - Quran tidak ada satu perkara pun yang dicuaikan atau tertinggal di dalam al - Quran..
pendek kata, segalanya terdapat di dalam al - Quran!

"dan tidak seekor pun binatang yang melata di bumi, dan tidak seekor pun burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan mereka umat-umat seperti kamu.. tiada Kami tinggalkan sesuatu pun di dalam kitab Al-Quran ini.. kemudian mereka semuanya akan dihimpunkan kepada Tuhan mereka (untuk dihisab dan menerima balasan)..
(surah Al - An’am : 38)

al - Quran adalah hidayah, rahmat, syifa, nur, furqan dan pemberi penjelasan bagi manusia..
segala isi kandungan al - Quran itu benar..
Al - Quran juga dikenali sebagai An - Nur bererti cahaya yang menerangi, al - Furqan bererti yang dapat membezakan di antara yang hak dan batil dan al - Zikr pula bermaksud yang memberi peringatan..
dalam sejarah kehidupan Nabi SAW ayat al - Quran yang mula - mula diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibrail ialah lima ayat pertama daripada surah Al - 'Alaq..

"bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhan mu yang menciptakan (sekalian makhluk), ia menciptakan manusia dari sebuku darah beku.. bacalah, dan Tuhan mu Yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia melalui pena dan tulisan, ia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.."
(surah al - 'Alaq : 1 - 5)

apakah kaitannya Lailatul Qadar dengan Nuzul al - Quran..?
sebenarnya al - Quran dan malam Lailatul Qadar mempunyai hubungan yang rapat antara satu sama lain..

"sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al - Quran) ini pada Malam Lailatul Qadar, dan apa jalannya engkau dapat mengetahui apa dia kebesaran Malam Lailatul Qadar itu..? malam Lailatul Qadar lebih baik daripada seribu bulan.. pada Malam itu, turun malaikat dan Jibril dengan izin Tuhan mereka, kerana membawa segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun yang berikut).. sejahteralah malam (yang berkat) itu hingga terbit fajar!"
(surah al - Qadr : 1 - 5)
Lailatul Qadar : suatu malam pada bulan Ramadan yang begitu istimewa sekali fadilatnya.. malam al - Qadar adalah suatu malam yang biasanya berlaku pada 10 akhir Ramadhan dan amalan pada malam itu lebih baik baik dari 1000 bulan..
bagi mencari malam - malam yang berkemungkinan sebagai malam al - qadar, maka kalangan ulama ada menyatakan bahawa, malam - malam yang ganjil yang tersebut ialah malam 21, 23, 25, 27 dan 29 dari bulan Ramadan..
ada juga beberapa hadis yang menyatakan bahawa malam al - qadar itu pernah ditemui dalam zaman Rasulullah SAW pada malam 21 Ramadhan dan pernah juga ditemui pada malam 23 Ramadhan..
ada juga hadis yang mengatakan bahawa baginda Rasulullah SAW menjawab pertanyaan seorang sahabat yang bertanya mengenai masa Lailatul Qadar supaya ianya bersedia dan menghayatinya..
lalu, baginda menjelaskan malam Lailatul Qadar itu adalah malam 27 Ramadhan..

Malam Lailatul Qadar itu berpindah dari satu tahun ke satu tahun yang lain di dalam lingkungan 10 malam yang akhir dari bulan Ramadhan..
tapi, apa yang pasti masa berlakunya malam Lailatul Qadar itu tetap dirahsiakan oleh Allah SWT supaya setiap umat Islam menghayati 10 malam yang akhir daripada Ramadhan dengan amal ibadat..
maka, dengan beribadah di sepuluh malam terakhir itu, mudah - mudahan kita semua akan dapat bertemu dengannya sebagai bekalan kehidupan akhirat yang abadan abada kelak..



Saturday, August 6, 2011

Ramadhan & Ukhuwwah ...


“Dan ingatlah akan nikmat Allah Subhanallahu wa Ta’ala kepada kalian ketika kalian dahulu (pada masa Jahiliyah) saling bermusuhan, maka Allah Subhanallahu wa Ta’ala mempersatukan hati-hati kalian, lalu menjadilah kalian karena nikmat Allah Subhanallahu wa Ta’ala, orang-orang yang bersaudara; dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah Subhanallahu wa Ta’ala menyelamatkan kalian dari padanya.” (Ali Imran: 103)

Dan disabdakan pula oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dalam sebuah hadits:

“Sesungguhnya Allah Subhanallahu wa Ta’ala akan berkata nanti pada hari kiamat: ‘Dimanakah orang-orang

yang menjalin persaudaraan karena-Ku, maka pada hari ini Aku akan menaunginya pada hari dimana tidak ada sebuah naungan kecuali hanya naungan-Ku’.” (HR. Muslim)

semakin lama semakin meningkat hari-hari kita dalam ramadhan. hari ini mausk hari ke-6 ummat islam berpuasa. tercapaikah hadaf kita awal ramadhan ini? sudah berapa juzu' quran kita? sudah cukup kenalkah kita pada ukhtie kita? sejauh mana ukhuwwahfillah kita dengan ukhtie kita? tepuk dada tanyalah iman masing2.

ukhuwwah adalah suatu yang sangat berharga bak emas yang sangat berharag dan tidak ternilai harganya apabila ia bersulam ngan keikhlasan dan dari HATI yang suci. untuk membina sesebuah negara islam..3 perkata paling penting perlu dititik beratkan, IMAN+UKHUWWAH+SISTEM. menjadi suatu tanggungjawab kita menjaga,memelihara agar tidak berkecai seperti kilauan kaca-kaca yang pecah ke tanah. untuk memelihara sebuah hubungan atau ukhuwwah perlulah kita menjaga beberapa hak-hak ukhuwwah itu sendiri. Antaranya :-


1. Hendaklah ia mencintai saudaranya semata-mata karena Allah Subhanallahu wa Ta’ala dan bukan

karena tujuan-tujuan duniawi.

Hendaklah kita mengikhlaskan niat di dalam ukhuwwah, kita mencintai saudara kita karena Allah Subhanallahu wa Ta’ala dan bukan karena tujuan-tujuan duniawi. Jika seseorang mencintai saudaranya karena Allah Subhanallahu wa Ta’ala, maka kecintaan tersebut akan tetap lestari. Jika ia melakukannya karena tujuan duniawi

, maka lambat laun kecintaan tersebut akan pupus di tengah jalan. Disebutk

an dalam sebuah hadits yang shahih tentang 3 hal yang bila ketiganya ada pada diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya keimanan. Salah satu diantaranya adalah:

“…Dan yang ia mencintai saudaranya, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah Subhanal

lahu wa Ta’ala…” (Muttafaqun ‘alaihi)

2. Lebih mendahulukan untuk membantu saudaranya dengan apa yang mampu dari jiwa dan harta daripada dirinya sendiri.

Tidak diragukan lagi bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, masing-masing individu memiliki strata sosial yang berbeda-beda. Antara yang satu dengan yang lainnya saling membantu. Yang kaya membantu yang miskin dan yang miskin membantu yang kaya. Yang memiliki kedudukan akan membantu orang yang tidak memiliki kedudukan, dan sebagainya. Semua ini adalah sebuah ketetapan Allah Subhanallah

u wa Ta’ala atas para hamba-Nya. Jika memang demikian keadaannya, maka diantara hak dalam ukhuwwah sesama muslim adalah membantu saudaranya dengan mencurahkan apa yang ia mampu dari

potensi yang ada pada dirinya atau harta yang dimilikinya.

Hakikat dari persaudaraan adalah lebih mendahulukan kepentingan saudaranya daripada kepentingan dirinya sendiri (Al-Itsar). Allah Subhanallahu wa Ta’ala telah memuji sifat orang-orang Anshar yang lebih mengutamakan kebutuhan orang-orang Muhajirin padahal mereka sendiri sangat membutuhkan, sebagaimana firman-Nya (artinya):

“Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.” (Al-Hasyr: 9)

Sifat “Al-Itsar” termasuk dari hak ukhuwwah yang hukumnya mustahab (sunnah). Jika seseoran

g bisa meraih sifat tersebut, maka sungguh hal itu merupakan kebaikan baginya. Namun bila

tidak bisa meraihnya, maka paling tidak ia berusaha untuk membantu saudaranya dengan jiwa dan hartanya. Sebagian ulama telah mengatakan: “Sesungguhnya termasuk dari adab dalam membantu saudaranya adalah hendaklah ia tidak menunggu sampai saudaranya meminta bantuan sesuatu kepadanya, namun hendaklah ia yang memulai untuk mencari apa yang dibutuhkan saudaranya yang dicintainya karena Allah Subhanallahu wa Ta’ala.”

Diceritakan pada zaman dahulu bahwa sebagian ulama mencari informasi tentang sesuatu yang dibutuhkan oleh saudaranya tanpa saudaranya tersebut mengetahuinya. Kemudian setelah itu, i

a memasukkan harta ke dalam rumah saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya.

Sebagaimana kisah Ar-Rabi’ bin Khutsaim rahimahulloh. Suatu ketika, ia memerintahkan keluarganya untuk membuatkan makanan yang terbaik dari makanan yang ada. Maka dibuatlah makanan tersebut. Kemudian setelah itu pergilah Ar-Rabi’ rahimahulloh dengan membawa makanan tersebut ke ru

mah seorang laki-laki mukmin yang buta, bisu dan tuli. Maka diberikanlah makanan tersebut dan segera disantap sampai kenyang. Padahal laki-laki tersebut tidak pernah mengeluhkan kebutuhannya kepada Ar-Rabi’ rahimahulloh. Demikianlah akhlak para ulama salaf.

3. Menjaga kehormatan dan harga diri saudaranya.

Ini termasuk dari inti dan hak yang agung dalam ukhuwwah. Sesungguhnya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam telah memerintahkan kepada umatnya untuk menjaga kehormatan sesama muslim. Disebutkan dalam sebuah riwayat dari shahabat Abu Bakrah radliyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda dalam khutbahnya di hari ‘Arafah pada saat haji Wada’:

“Sesungguhnya darah-darah kalian dan harta-harta kalian serta kehormatan-kehormatan kalian haram atas kalian….” (HR. Al-Bukhari & Muslim)

Kehormatan seorang muslim terhadap muslim yang lainnya adalah haram secara umum.

Realisasi dalam hal ini ialah seperti:

1. Tidak menyebutkan ‘aib saudaranya, baik ketika ia hadir dihadapannya maupun ketika tidak ada.

2. Tidak mencampuri urusan pribadinya.

3. Menjaga rahasianya.

4. Menjauhi prasangka buruk terhadap saudaranya.

Hukum asal seorang muslim adalah taat kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala, bersifat

jujur, dan baik. Maka kita harus berbaik sangka kepada saudara kita, dan harus menjauhi prasangka buruk, karena dengan berprasangka buruk, kita bisa jatuh kedalam perbuatan dosa. Allah Subhanallahu wa Ta’ala telah melarang perbuatan tersebut dalam firman-Nya (artinya):

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa.” (Al-Hujurat: 12)

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

“Hati-hatilah kalian dari prasangka, karena prasangka itu adalah sedusta-dusta ucapan.” (HR. Al-Bukhari & Muslim)

Umar bin Khattab radliyallahu ‘anhu berkata: “Janganlah kalian berprasangka buruk terh

adap sebuah kalimat yang keluar dari saudaramu, sementara memungkinkan bagimu untuk membawa kalimat tersebut ke arah kebaikan.” (Riwayat Ahmad, Az-Zuhd)

Abdullah bin Al-Mubarak rahimahulloh berkata: “Bagi seorang mukmin, diberikan kepadanya berbagai kemungkinan alasan yang dapat dimaafkan.”

Maka jangan sampai kita membuka peluang bagi setan untuk masuk kemudian menghembuskan ses

uatu yang buruk kepada diri kita, sampai akhirnya berhasil memecah belah persaudaraan sesama muslim.

5. Menjauhi perdebatan dengan saudaranya.

Sesungguhnya perdebatan akan menghilangkan sifat mahabbah (saling mencintai) dan persahabatan. Dan akan mewariskan kemarahan, dendam dan pemutusan ukhuwwah.

Maka meninggalkan sikap perdebatan merupakan tindakan yang terpuji. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

“Barangsiapa yang meninggalkan perdebatan sementara ia berada di pihak yang salah, maka akan dibangunkan sebuah rumah baginya di surga paling bawah. Dan barangsiapa yang meninggalkan perdebatan sementara ia berada pad

a pihak yang benar, maka akan dibangunkan baginya sebuah rumah di tengah surga…” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Diantara sebab yang mendorong seseorang untuk melakukan perdebatan adalah dalam

rangka memperoleh kemenangan, agar ia dikatakan sebagai seorang yang pintar dan paling benar pendapatnya, dan kurangnya penjagaan terhadap tergelincirnya lisan pada dirinya. Kesemuanya itu merupakan sikap yang tidak terpuji.

6. Mengucapkan kalimat-kalimat yang baik kepada saudaranya.

Realisasi dalam hal ini ialah seperti:

1. Mengatakan kepada saudaranya: “Aku mencintaimu karena Allah Subhanallahu wa Ta’a

la.”

2. Memuji saudaranya ketika tidak ada di hadapannya.

3. Mengucapkan terima kasih atas kebaikan saudaranya tersebut.

7. Memaafkan atas kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh saudaranya.

Setiap orang pasti memiliki kesalahan. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam :

“Setiap keturunan Adam (manusia) pasti melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah

orang yang bertaubat.” (HR. Ibnu Majah no. 4251)

8. Merasa gembira dengan kenikmatan yang Allah Subhanallahu wa Ta’ala berikan kepada saudaranya.

Allah Subhanallahu wa Ta’ala telah memberikan keutamaan dan kelebihan yang berbeda pada masing-masing orang. Baik dalam hal kepemilikan harta, keilmuan, banyak melakukan amalan-amalan ibadah, kebaikan akhlaknya dan lain sebagainya. Kita patut merasa gembira dengan nikmat Allah Subhanallahu wa Ta’ala yang diberikan kepada saudara kita baik dari sisi harta, ilmu, semangat dalam beribadah, dan l

ain-lain. Kita harus menghilangkan sifat hasad (iri, dengki) terhadap keutamaan yang diberikan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala kepada saudara kita.

9. Saling membantu dengan saudaranya dalam perkara-perkara kebaikan.

Sungguh Allah Subhanallahu wa Ta’ala telah memerintahkan yang demikian dalam firman-Nya (artinya):

“Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (Al-Maidah: 2)

10. Bermusyawarah dan bersikap lemah lembut terhadap saudaranya.

Janganlah salah seorang diantara mereka bersendirian dalam memutuskan suatu perkara, namun hendaklah saling bermusyawarah. Allah Subhanallahu wa Ta’ala telah memerintahkan hal tersebut dalam firman-Nya (artinya):

“Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka.” (Asy-Syuura: 38)

Dengan semangat Ramadhan ini marilah kita suburkan ruh iman dan ukhuwwah, kasih sayang dan keprihatinan sesama pendokong dakwah. Kita pancarkan obor persaudaraan dan mahabbah. Sesungguhnya inilah terjemahan dan refleksi terhadap keimanan dan kepercayaan kita terhadap nilai-nilai tarbawi yang menjadi pegangan kita selama

ini.

Percayalah bahawa tanggungjawab dan tugasan kita semakin hari semakin bertambah, masa kita semakin hari semakin padat, sekaligus bebanan-bebanan yang ada semakin berat. Seharusnya kita mesti lebih percaya bahawa segala bebanan dan kerunsingan ini akan diringankan oleh ruh ukhuwwah dan kasih sayang, keprihatinan dan kepedulian sesama kita.


Khabar

Bisikan khabar demi khabar tiba di telinga

Sahabat seperjuangan yang akan berpunya

Bakal melayari bahtera cinta indah tiada tara

Kulakarkan di hati lukisan gembira

Hari demi hari ia berlalu jua

Masih terkenang pahit manis kita bersama

Memori lalu terlakar indah mencatat cerita kita

Kisah suka duka tiada tandingannya

Aku ini yang masih bertemankan diriku sendiri

Adakalanya terasa sesuatu yang sukar kutafsir

Entah, aku tidak mengerti apa maknanya perasaan ini

Gembira dalam cemburu barangkali

Melalui hari-hari bersama perasaanku sendiri

Mengharap bahagia di sebalik kisah hidupku yang tak sempurna

Mungkin masa berlalu lebih mematangkan jiwa

Mungkin belum tiba waktunya untuk si dia bersama

Naluri kemanusiaan ini tercabar apabila mendengar khabar ini

Seorang demi seorang dipermudahkan

Adakalanya aku mengesat manik-manik jernih di pipi

mengalir perlahan bersama kesabaran yang berpanjangan

Jari jemari ini hebat bermain kata andai tiba saatnya

menafsirkan bisikan hati yang selalu bermonolog sendiri

Entahkan seni entahkan perasan sendiri

Sengaja kubiarkan tanpa jawapan yang pasti

Khabar itu menggembirakan hati

Khabar itu mencabar diri iniKhabar itu suratan ilahi

Tahniah sahabatku yang bakal ditemani

Khabar itu kudengar sekali lagi

aduh, terasa benar di hati...


Wanita...

Wanita...

KEISTIMEWAAN BUAT WANITA...

*sekadar renungan buat insan yg bergelar wanita ketahuilah betapa istimewanya menjadi seorg wanita.betapa bertuahnya menjadi wanita.bersyukurlah kita kepada Illahi...

-sekiranya wanita mati dlm masa 40hari slps bersalin dia akan dikira sbg mati syahid.
-wanita yg mmberi minum susu kpd anaknya drpd badannya akan dapat satu pahala drpd tiap2 titik susu yg diberikannya. -jika wanita mnyusui anaknya smpi tempoh 2 1/2 tahun,maka malaikat2 dilangit akan mnyebarkan berita bhwa syurga wajib bgnya.
-jika wanita mmberi susunya kpd anaknya yg sedang menangis,Allah akan mberi pahala satu tahun solat baginya. -wanita yg mhabiskan tidur malamnya yg tidak selesa krn mjaga anaknya yg sakit akan mdapat pahala seperti mbebaskan 20 org hamba.
-apabila mencuci pakaian suaminya maka Allah mencatat bgnya 1000 kebaikan dan mngampuni 2000 kesalahannya bahkan segala sesuatu yg disinari sang suria akan meminta keampunan bgnya dan Allah akan mngangkat 1000 darjatnya. -seorg wanita yg solehah lebih baik drpd 1000 org lelaki yg tidak soleh,dan seorg wanita yg melayani suaminya selamanya seminggu maka ditutup bgnya 7 pintu neraka dgn dbuka bgnya 8 pintu syurga dan dia dapat dari mana2 shj tanpa dihisap.
-mana2 wanita mnunggu suaminya pulang disapu mukanya,dihamparkan duduknya atas mnyediakan makan minumnya atau mrenung ia suaminya atau memegang tanganya mperelokkan hidangan pdnya,memelihara anaknya atau mmanfaatkan hartanya kpd suaminya krn keredhaan Allah maka disunatkan bgnya tiap2 kalimah ucapannya tiap2 langkahnya dan setiap renyngannya pd suaminya sbgimana mbebaskan seorg hamba.pd hari khiamat Allah kurniakan Nur sehingga Tercengan wanita mukmin semuanya atas kurniaan Rahmat itu.