Saturday, August 6, 2011

Ramadhan & Ukhuwwah ...


“Dan ingatlah akan nikmat Allah Subhanallahu wa Ta’ala kepada kalian ketika kalian dahulu (pada masa Jahiliyah) saling bermusuhan, maka Allah Subhanallahu wa Ta’ala mempersatukan hati-hati kalian, lalu menjadilah kalian karena nikmat Allah Subhanallahu wa Ta’ala, orang-orang yang bersaudara; dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah Subhanallahu wa Ta’ala menyelamatkan kalian dari padanya.” (Ali Imran: 103)

Dan disabdakan pula oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dalam sebuah hadits:

“Sesungguhnya Allah Subhanallahu wa Ta’ala akan berkata nanti pada hari kiamat: ‘Dimanakah orang-orang

yang menjalin persaudaraan karena-Ku, maka pada hari ini Aku akan menaunginya pada hari dimana tidak ada sebuah naungan kecuali hanya naungan-Ku’.” (HR. Muslim)

semakin lama semakin meningkat hari-hari kita dalam ramadhan. hari ini mausk hari ke-6 ummat islam berpuasa. tercapaikah hadaf kita awal ramadhan ini? sudah berapa juzu' quran kita? sudah cukup kenalkah kita pada ukhtie kita? sejauh mana ukhuwwahfillah kita dengan ukhtie kita? tepuk dada tanyalah iman masing2.

ukhuwwah adalah suatu yang sangat berharga bak emas yang sangat berharag dan tidak ternilai harganya apabila ia bersulam ngan keikhlasan dan dari HATI yang suci. untuk membina sesebuah negara islam..3 perkata paling penting perlu dititik beratkan, IMAN+UKHUWWAH+SISTEM. menjadi suatu tanggungjawab kita menjaga,memelihara agar tidak berkecai seperti kilauan kaca-kaca yang pecah ke tanah. untuk memelihara sebuah hubungan atau ukhuwwah perlulah kita menjaga beberapa hak-hak ukhuwwah itu sendiri. Antaranya :-


1. Hendaklah ia mencintai saudaranya semata-mata karena Allah Subhanallahu wa Ta’ala dan bukan

karena tujuan-tujuan duniawi.

Hendaklah kita mengikhlaskan niat di dalam ukhuwwah, kita mencintai saudara kita karena Allah Subhanallahu wa Ta’ala dan bukan karena tujuan-tujuan duniawi. Jika seseorang mencintai saudaranya karena Allah Subhanallahu wa Ta’ala, maka kecintaan tersebut akan tetap lestari. Jika ia melakukannya karena tujuan duniawi

, maka lambat laun kecintaan tersebut akan pupus di tengah jalan. Disebutk

an dalam sebuah hadits yang shahih tentang 3 hal yang bila ketiganya ada pada diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya keimanan. Salah satu diantaranya adalah:

“…Dan yang ia mencintai saudaranya, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah Subhanal

lahu wa Ta’ala…” (Muttafaqun ‘alaihi)

2. Lebih mendahulukan untuk membantu saudaranya dengan apa yang mampu dari jiwa dan harta daripada dirinya sendiri.

Tidak diragukan lagi bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, masing-masing individu memiliki strata sosial yang berbeda-beda. Antara yang satu dengan yang lainnya saling membantu. Yang kaya membantu yang miskin dan yang miskin membantu yang kaya. Yang memiliki kedudukan akan membantu orang yang tidak memiliki kedudukan, dan sebagainya. Semua ini adalah sebuah ketetapan Allah Subhanallah

u wa Ta’ala atas para hamba-Nya. Jika memang demikian keadaannya, maka diantara hak dalam ukhuwwah sesama muslim adalah membantu saudaranya dengan mencurahkan apa yang ia mampu dari

potensi yang ada pada dirinya atau harta yang dimilikinya.

Hakikat dari persaudaraan adalah lebih mendahulukan kepentingan saudaranya daripada kepentingan dirinya sendiri (Al-Itsar). Allah Subhanallahu wa Ta’ala telah memuji sifat orang-orang Anshar yang lebih mengutamakan kebutuhan orang-orang Muhajirin padahal mereka sendiri sangat membutuhkan, sebagaimana firman-Nya (artinya):

“Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.” (Al-Hasyr: 9)

Sifat “Al-Itsar” termasuk dari hak ukhuwwah yang hukumnya mustahab (sunnah). Jika seseoran

g bisa meraih sifat tersebut, maka sungguh hal itu merupakan kebaikan baginya. Namun bila

tidak bisa meraihnya, maka paling tidak ia berusaha untuk membantu saudaranya dengan jiwa dan hartanya. Sebagian ulama telah mengatakan: “Sesungguhnya termasuk dari adab dalam membantu saudaranya adalah hendaklah ia tidak menunggu sampai saudaranya meminta bantuan sesuatu kepadanya, namun hendaklah ia yang memulai untuk mencari apa yang dibutuhkan saudaranya yang dicintainya karena Allah Subhanallahu wa Ta’ala.”

Diceritakan pada zaman dahulu bahwa sebagian ulama mencari informasi tentang sesuatu yang dibutuhkan oleh saudaranya tanpa saudaranya tersebut mengetahuinya. Kemudian setelah itu, i

a memasukkan harta ke dalam rumah saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya.

Sebagaimana kisah Ar-Rabi’ bin Khutsaim rahimahulloh. Suatu ketika, ia memerintahkan keluarganya untuk membuatkan makanan yang terbaik dari makanan yang ada. Maka dibuatlah makanan tersebut. Kemudian setelah itu pergilah Ar-Rabi’ rahimahulloh dengan membawa makanan tersebut ke ru

mah seorang laki-laki mukmin yang buta, bisu dan tuli. Maka diberikanlah makanan tersebut dan segera disantap sampai kenyang. Padahal laki-laki tersebut tidak pernah mengeluhkan kebutuhannya kepada Ar-Rabi’ rahimahulloh. Demikianlah akhlak para ulama salaf.

3. Menjaga kehormatan dan harga diri saudaranya.

Ini termasuk dari inti dan hak yang agung dalam ukhuwwah. Sesungguhnya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam telah memerintahkan kepada umatnya untuk menjaga kehormatan sesama muslim. Disebutkan dalam sebuah riwayat dari shahabat Abu Bakrah radliyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda dalam khutbahnya di hari ‘Arafah pada saat haji Wada’:

“Sesungguhnya darah-darah kalian dan harta-harta kalian serta kehormatan-kehormatan kalian haram atas kalian….” (HR. Al-Bukhari & Muslim)

Kehormatan seorang muslim terhadap muslim yang lainnya adalah haram secara umum.

Realisasi dalam hal ini ialah seperti:

1. Tidak menyebutkan ‘aib saudaranya, baik ketika ia hadir dihadapannya maupun ketika tidak ada.

2. Tidak mencampuri urusan pribadinya.

3. Menjaga rahasianya.

4. Menjauhi prasangka buruk terhadap saudaranya.

Hukum asal seorang muslim adalah taat kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala, bersifat

jujur, dan baik. Maka kita harus berbaik sangka kepada saudara kita, dan harus menjauhi prasangka buruk, karena dengan berprasangka buruk, kita bisa jatuh kedalam perbuatan dosa. Allah Subhanallahu wa Ta’ala telah melarang perbuatan tersebut dalam firman-Nya (artinya):

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa.” (Al-Hujurat: 12)

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

“Hati-hatilah kalian dari prasangka, karena prasangka itu adalah sedusta-dusta ucapan.” (HR. Al-Bukhari & Muslim)

Umar bin Khattab radliyallahu ‘anhu berkata: “Janganlah kalian berprasangka buruk terh

adap sebuah kalimat yang keluar dari saudaramu, sementara memungkinkan bagimu untuk membawa kalimat tersebut ke arah kebaikan.” (Riwayat Ahmad, Az-Zuhd)

Abdullah bin Al-Mubarak rahimahulloh berkata: “Bagi seorang mukmin, diberikan kepadanya berbagai kemungkinan alasan yang dapat dimaafkan.”

Maka jangan sampai kita membuka peluang bagi setan untuk masuk kemudian menghembuskan ses

uatu yang buruk kepada diri kita, sampai akhirnya berhasil memecah belah persaudaraan sesama muslim.

5. Menjauhi perdebatan dengan saudaranya.

Sesungguhnya perdebatan akan menghilangkan sifat mahabbah (saling mencintai) dan persahabatan. Dan akan mewariskan kemarahan, dendam dan pemutusan ukhuwwah.

Maka meninggalkan sikap perdebatan merupakan tindakan yang terpuji. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

“Barangsiapa yang meninggalkan perdebatan sementara ia berada di pihak yang salah, maka akan dibangunkan sebuah rumah baginya di surga paling bawah. Dan barangsiapa yang meninggalkan perdebatan sementara ia berada pad

a pihak yang benar, maka akan dibangunkan baginya sebuah rumah di tengah surga…” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Diantara sebab yang mendorong seseorang untuk melakukan perdebatan adalah dalam

rangka memperoleh kemenangan, agar ia dikatakan sebagai seorang yang pintar dan paling benar pendapatnya, dan kurangnya penjagaan terhadap tergelincirnya lisan pada dirinya. Kesemuanya itu merupakan sikap yang tidak terpuji.

6. Mengucapkan kalimat-kalimat yang baik kepada saudaranya.

Realisasi dalam hal ini ialah seperti:

1. Mengatakan kepada saudaranya: “Aku mencintaimu karena Allah Subhanallahu wa Ta’a

la.”

2. Memuji saudaranya ketika tidak ada di hadapannya.

3. Mengucapkan terima kasih atas kebaikan saudaranya tersebut.

7. Memaafkan atas kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh saudaranya.

Setiap orang pasti memiliki kesalahan. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam :

“Setiap keturunan Adam (manusia) pasti melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah

orang yang bertaubat.” (HR. Ibnu Majah no. 4251)

8. Merasa gembira dengan kenikmatan yang Allah Subhanallahu wa Ta’ala berikan kepada saudaranya.

Allah Subhanallahu wa Ta’ala telah memberikan keutamaan dan kelebihan yang berbeda pada masing-masing orang. Baik dalam hal kepemilikan harta, keilmuan, banyak melakukan amalan-amalan ibadah, kebaikan akhlaknya dan lain sebagainya. Kita patut merasa gembira dengan nikmat Allah Subhanallahu wa Ta’ala yang diberikan kepada saudara kita baik dari sisi harta, ilmu, semangat dalam beribadah, dan l

ain-lain. Kita harus menghilangkan sifat hasad (iri, dengki) terhadap keutamaan yang diberikan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala kepada saudara kita.

9. Saling membantu dengan saudaranya dalam perkara-perkara kebaikan.

Sungguh Allah Subhanallahu wa Ta’ala telah memerintahkan yang demikian dalam firman-Nya (artinya):

“Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (Al-Maidah: 2)

10. Bermusyawarah dan bersikap lemah lembut terhadap saudaranya.

Janganlah salah seorang diantara mereka bersendirian dalam memutuskan suatu perkara, namun hendaklah saling bermusyawarah. Allah Subhanallahu wa Ta’ala telah memerintahkan hal tersebut dalam firman-Nya (artinya):

“Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka.” (Asy-Syuura: 38)

Dengan semangat Ramadhan ini marilah kita suburkan ruh iman dan ukhuwwah, kasih sayang dan keprihatinan sesama pendokong dakwah. Kita pancarkan obor persaudaraan dan mahabbah. Sesungguhnya inilah terjemahan dan refleksi terhadap keimanan dan kepercayaan kita terhadap nilai-nilai tarbawi yang menjadi pegangan kita selama

ini.

Percayalah bahawa tanggungjawab dan tugasan kita semakin hari semakin bertambah, masa kita semakin hari semakin padat, sekaligus bebanan-bebanan yang ada semakin berat. Seharusnya kita mesti lebih percaya bahawa segala bebanan dan kerunsingan ini akan diringankan oleh ruh ukhuwwah dan kasih sayang, keprihatinan dan kepedulian sesama kita.

No comments:


Wanita...

Wanita...

KEISTIMEWAAN BUAT WANITA...

*sekadar renungan buat insan yg bergelar wanita ketahuilah betapa istimewanya menjadi seorg wanita.betapa bertuahnya menjadi wanita.bersyukurlah kita kepada Illahi...

-sekiranya wanita mati dlm masa 40hari slps bersalin dia akan dikira sbg mati syahid.
-wanita yg mmberi minum susu kpd anaknya drpd badannya akan dapat satu pahala drpd tiap2 titik susu yg diberikannya. -jika wanita mnyusui anaknya smpi tempoh 2 1/2 tahun,maka malaikat2 dilangit akan mnyebarkan berita bhwa syurga wajib bgnya.
-jika wanita mmberi susunya kpd anaknya yg sedang menangis,Allah akan mberi pahala satu tahun solat baginya. -wanita yg mhabiskan tidur malamnya yg tidak selesa krn mjaga anaknya yg sakit akan mdapat pahala seperti mbebaskan 20 org hamba.
-apabila mencuci pakaian suaminya maka Allah mencatat bgnya 1000 kebaikan dan mngampuni 2000 kesalahannya bahkan segala sesuatu yg disinari sang suria akan meminta keampunan bgnya dan Allah akan mngangkat 1000 darjatnya. -seorg wanita yg solehah lebih baik drpd 1000 org lelaki yg tidak soleh,dan seorg wanita yg melayani suaminya selamanya seminggu maka ditutup bgnya 7 pintu neraka dgn dbuka bgnya 8 pintu syurga dan dia dapat dari mana2 shj tanpa dihisap.
-mana2 wanita mnunggu suaminya pulang disapu mukanya,dihamparkan duduknya atas mnyediakan makan minumnya atau mrenung ia suaminya atau memegang tanganya mperelokkan hidangan pdnya,memelihara anaknya atau mmanfaatkan hartanya kpd suaminya krn keredhaan Allah maka disunatkan bgnya tiap2 kalimah ucapannya tiap2 langkahnya dan setiap renyngannya pd suaminya sbgimana mbebaskan seorg hamba.pd hari khiamat Allah kurniakan Nur sehingga Tercengan wanita mukmin semuanya atas kurniaan Rahmat itu.