
Wahai calon suamiku…
Ketika aku masih dibawah jagaan ayah dan bundaku,
tidak lain doaku agar menjadi anak yang solehah,
agar kelak dapat menjadi tabungan keduanya diakhirat.
Namu nanti setelah menjadi isterimu, aku berharap menjadi bidadarimu,
mendampingi dirimu yang soleh. Aku ini seorang pencemburu.
Tetapi kalau Allah dan Rasulullah lebih engkau cintai daripada aku, aku rela. Aku harap begitu pula dirimu. Pernah suatu ketika aku membaca sebuah kisah:-
“Aku minta pada Allah setangkai bunga segar, Dia memberiku kaktus berduri. Aku minta pada Allah haiwan kecil dan comel, Dia memberiku ulat bulu. Aku sempat merasa kecewa. Betapa tidak adilnya dunia ini. Namun kemudian kaktus itu berbunga indah.Dan ulat pula berubah menjadi kupu-kupu yang sangat cantik. Itulah Allah, Dia tidak memberi apa yang kita inginkan, tetapi Dia memberi apa yang kita perlukan.”
Aku yakin engkaulah yang aku perlukan, meski bukan seperti yang aku harapkan. Calon suamiku yang dirahmati Allah… Apabila hanya sebuah gubuk menjadi perahu pernikahan kita, tidak akan kunamakan ia gubuk derita. Kerana itulah markas dakwah kita,
dan akan menjadi indah ketika kita hiasi dengan cinta dan kasih sayang.
Ketika kelak lahir generasi penerus dakwah Islam daripada pernikahan kita,
bantu aku mendidiknya dengan harta yang halal, dengan ilmu yang bermanfaat,
terutama dengan menanamkan pada diri mereka ketaatan kepada Allah.
Bunga akan indah pada waktunya, Ia akan menghiasi taman.
Maka kini sedang kupersiapkan diri ini sebaik-baiknya, bersedia menyambut kehadiranmu dalam kehidupanku.
No comments:
Post a Comment